Sebagai negara yang menomorsatukan agama dan nilai-nilai moral, hubungan sex yang terjadi di luar pernikahan adalah sebuah pelanggaran norma sosial dan agama. Masyarakat memberikan kecaman dan sanksi keras kepada setiap pelaku yang terbukti melakukan sex di luar nikah (perzinahan). Namun nilai-nilai moralitas dan sopan santun yang mengemuka di setiap hubungan antar masyarakat Indonesia menemui sebuah realita, bahwa semakin banyaknya pola hubungan sex diluar nikah yang dilakukan sebagian masyarakat itu sendiri. Istilah MBA (married before accident), sebuah istilah plesetan terhadap sepasang muda-mudi yang kawin karena pasangan perempuannya hamil duluan menjadi sebuah ungkapan terkenal sejak era 90-an. Tindakan orang tua pasangan diluar nikah tersebut selain berusaha menutupi dengan cara melakukan pernikahan mendadak, kadang mengambil keputusan pemaksaan aborsi bagi anak-anaknya yang telanjur hamil.
Tingkat aborsi di Indonesia, secara data dan fakta cukup tinggi. Tidak hanya berupa pemaksaan dari Orang Tua yang merasa malu akibat perbuatan anak-anaknya, kadang kala aborsi ditempuh karena kesadaran pasangan-pasangan muda yang belum menikah dan mengambil jalan pintas demi menghindari stigma negatif masyarakat. Pasangan lelaki sering terbukti melakukan pemaksaan disertai ancaman terhadap pasangan perempuannya yang terbukti hamil akibat hubungan badan yang mereka lakukan. Selain itu, pihak perempuan kerap menjadi korban cemoohan masyarakat, karena di Indonesia, kedudukan kaum perempuan sangat disimbolkan sebagai sesuatu yang tidak boleh berbuat salah dan diberi beban tanggung jawab sebagai tiang moral keluarga.
Namun, ancaman sanksi sosial dan moral dari masyarakat tidak cukup membendung hasrat seksual yang bergejolak di kalangan anak muda, pelajar dan mahasiswa. Tentu saja selain faktor umur, hormon dan kesempatan, anak muda Indonesia dicekoki berbagai macam tayangan sex dan pornografi lewat VCD-VCD film porno dan berbagai macam godaan sex yang dapat mudah di akses lewat internet atau dunia nyata. Sebuah penelitian pernah dibukukan yang menyoroti fenomena “Sex di kost-kostan mahasiswa”. Terlepas dari data dan fakta yang dibeberkan buku tersebut, terdapat sebuah gejala yang tidak dapat ditutupi : Anak Muda Indonesia, mulai senang melakukan hubungan sex bebas!
Fenomena hubungan sex bebas di Indonesia akhirnya menghasilkan rekaman video yang menggemparkan. Sebuah rekaman video yang berjudul “Bandung Lautan Asmara”, 2001, menandai sebuah era kebebasan yang kebablasan. Adegan sex sepasang mahasiswa yang berasal dari kota Bandung, mencerminkan pola-pola hubungan anak muda di masa kini.
Anak muda di Indonesia sekarang menghadapi masalah besar, mereka tidak lagi menjadi penikmat film-film porno, tetapi berubah menjadi pembuat film porno itu sendiri. Kasus Amed dan Nanda, pembuat film porno “Bandung Lautan Asmara” menjadi tonggak sejarah munculnya kelompok-kelompok pembuat film porno muda Indonesia. Dan setelah kemunculan pertama film porno tersebut di tahun 2001, kasus-kasus serupa dengan proses pembuatan film porno tersebut mendadak menjadi tren, diduplikasi secara massal oleh anak-anak muda lainnya di seantero Indonesia, dalam jumlah ratusan film porno! Dan ini adalah bukti, bahwa setiap tayangan pornografi dapat menginspirasi para pemirsanya untuk berubah menjadi pelaku dan pembuatnya!
Sabtu, 06 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar